9 Juli 2010

Oww -_-

“Aku mau ngomong penting sama kamu...” Ketika mendengar kalimat itu dari sang kekasih, rasanya jantung serasa berhenti sepersekian detik. Sebenarnya kamu sudah tahu ketika hubungan kamu dengannya sudah mendekati hari-hari terakhir... dan kalimat tersebut adalah awal dari sebuah pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan dalam hidup kamu. Kamu putus hubungan dengan sang kekasih... dan di sini sekarang kamu berada.

Putus cinta adalah salah satu situasi yang paling mengerikan, menyedihkan dan paling tidak enak yang dapat dirasakan oleh seseorang. Hancur berantakan. Bagaikan sebuah gelas beling yang terbanting ke lantai, berkeping-keping, berserakan ke mana-mana. Sedih, kangen, sayang, marah, bingung, kaget, penyesalan dan sejuta perasaan lainnya bercampur aduk jadi satu dalam ramuan yang membuat kamu sakit dan ingin berlari sejauh-jauhnya. Dan memang itu yang banyak dilakukan orang dalam keadaan ini: melarikan diri.

Jiwamu seperti menggeliat, meregang dalam rasa sakit putus cinta yang tidak kunjung mereda. Orang-orang di sekitar kamu berkata, "Sudahlah, luka putus cinta seperti ini pasti sembuh sendiri seiring waktu." Namun itu terasa seperti nasihat omong kosong karena kamu sama sekali tidak merasa seperti itu.

Setiap hari yang berlalu dari momen tragis itu, kamu merasa semakin pedih, kegundahan yang sulit dinyatakan dengan kata-kata. Sepertinya tidak ada seorang pun yang bisa memahami rasa pilu di hati kamu. Kamu kerap terbayang akan kisah-kisah indah yang pernah dilalui bersamanya dahulu, jauh sebelum putus cinta. Kamu tidak bisa berhenti memikirkan seluruh janji cinta manis yang disampaikan olehnya. Seluruh tulisan surat cinta, SMS cinta, puisi cinta, candaan cinta lewat telepon, serta pertemuan-pertemuan yang hangat dan nyaman. Semua terasa begitu sempurna.

Kamu bisa yakin itu bukan perasaan kasmaran kamu saja karena ada banyak orang yang begitu mendukung, mengkonfirmasi, bahkan iri akan keindahan hubungan cinta kamu dengannya. Dan ketika semuanya berakhir, semuanya terasa... runtuh, hancur berantakan. Kamu sudah mencoba untuk kuat melewati masa putus cinta ini. Kamu berkali-kali berteriak pada diri sendiri untuk bangun dan bertahan. Apa daya, cinta Kamu terputus bersamaan dengan asa untuk melanjutkan hidup kamu.

Rasa sakit datang bertubi-tubi, membuat jiwamu lelah dan terlalu hampa untuk hal-hal lainnya. Kamu jatuh dan terluka. Hatimu. Jiwamu. Fisikmu. Seluruhnya. Kawan, kamu tidak sendirian. Aku bisa menulis itu semua karena aku pernah berada di posisimu. Apa yang kamu rasakan ini bukan sebuah fenomena yang unik milik kamu dan aku saja.

Kamu tidak perlu merasa bersalah jika ingin mengurung diri sepanjang hari, menangis sepanjang minggu, berteriak-teriak menyalahkan keadaan sepanjang bulan, atau bahkan sesekali terpikir untuk menyakiti diri demi mengalihkan perhatian dari lirih luka di hatimu.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda